Sunday 6 September 2015

Salmon dan Hiu


Pada menu ikan masakan Jepang, ikan salmon akan jauh lebih enak untuk dinikmati jika ikan tersebut masih dalam keadaan hidup saat hendak diolah untuk disajikan dibandingkan dengan ikan salmon yang sudah diawetkan dengan es.

Itu sebabnya para nelayan Jepang selalu memasukkan salmon tangkapannya ke suatu kolam buatan agar dalam perjalanan menuju daratan salmon² tersebut tetap hidup.

Meski demikian pada kenyataannya banyak salmon yang mati di dalam kolam buatan tersebut.

Bagaimana cara mereka (nelayan Jepang) menyiasatinya?

Para nelayan itu memasukkan seekor hiu kecil di dalam kolam tersebut.

Sungguh Ajaib..!

Hiu kecil tersebut "memaksa" salmon² itu terus bergerak agar jangan sampai dimangsa si hiu kecil tersebut. Akibatnya banyak ikan salmon yang tetap hidup & jumlah salmon yang mati justru menjadi sangat sedikit..!

Diam membuat kita Mati...!

Bergerak membuat kita Hidup...!

Lalu, Apa yg membuat kita Diam?

Saat tidak ada masalah dalam hidup dan saat kita berada dalam zona nyaman, situasi seperti ini kerap membuat kita terlena. Begitu terlenanya sehingga kita tidak sadar bahwa kita telah mati..!

Ironis, bukan..?

Dan..., Apa yg membuat kita bergerak..?

Masalah..., sekali lagi..., Masalah....!

Tekanan Hidup.., dan Tekanan Kerja...

Saat masalah datang, secara otomatis naluri kita membuat kita bergerak aktif dan berusaha mengatasi semua pergumulan hidup itu...

Tidak hanya itu, kita menjadi kreatif, dan potensi diri kitapun menjadi berkembang luar biasa...

Jangan lupa..., bahwa kita akan bisa belajar banyak dalam hidup ini bukan pada saat keadaan nyaman, tapi justru pada saat kita menghadapi badai kehidupan...

Itu sebabnya syukurilah kehadiran "hiu kecil" yang terus memaksa kita untuk bergerak dan tetap survive...

NEVER GIVE UP!!!

Sunday 16 August 2015

Who am i


Who am I,
that Lord of all the earth
Would care to know my name
Would care to feel my hurt
Who am I,
that the Bright and Morning Star
Would choose to light the way
For my ever wandering heart

Not because of who I am
Not because of You’ve done
Not because of what I’ve done
But because of who You are

I am a flower quickly fading
Here today and gone tomorrow
A wave tossed in the ocean, a vapor in the wind
Still you hear me when I’m calling
And told me who I am, I am Yours…

Who am I,
that the eyes that see my sin
Would look on me with love and watch me rise again
Who am I,
that the voice that calmed the sea
Would call out through the rain
And calm the storm in me

Whom shall I fear,
who shall I fear,
‘cause I am Yours…

Sunday 28 June 2015

PANTOKRATOR

Ikon Kristus, sang Pantokrator (Maharaja), mempunyai keindahan artistik yang jarang ditemui, mengingatkan kata-kata pemazmur: ”Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu” (Mzm 45:3).

Santo Yohanes Krisostomus menggunakan pujian ini kepada Yesus ketika dia menulis: ”Kristus sedang berada pada tahap pertama hidup-Nya ketika dilengkapi dengan kekuatan Roh, dan dari sana bersinarlah dalam diri-Nya sebuah keindahan rangkap, yaitu keindahan jiwa dan badan” (PG 52, 479).

Dengan ekspresi figuratifnya, ikon ini menampilkan sintesis dari konsili ekumenis yang pertama lewat keberhasilannya menampilkan kemuliaan kemanusiaan Yesus dan kemilau keilahian-Nya.

Kristus mengenakan baju berwarna merah ditutup dengan sebuah mantel berwarna biru tua. Kedua warna itu mengingatkan kedua kodrat-Nya, sedangkan pantulan emasnya melambangkan pribadi ilahi dari Sang Sabda. Wajah-Nya, anggun dan tenang, dibingkai dengan rambut kepala yang tebal, dikelilingi dengan sebuah salib yang memancarkan halo, membawa tiga huruf Yunani ”O Ω N” (Dia yang ada), merujuk pada pewahyuan Nama Allah dalam Kitab Keluaran 3:14. Di sisi atas kiri dan kanan, terdapat dua huruf Yunani ”IC – XC” (”Yesus” – ”Kristus”) yang menunjukkan judul lukisan ini.

Tangan kanan, dengan ibu jari dan jari manis melengkung sampai saling menyentuh (melambangkan dua kodrat Kristus yang menyatu dalam pribadi-Nya), berada dalam posisi khas memberkati. Tangan kiri memegang buku Injil yang dihiasi dengan tiga kancing, mutiara-mutiara, dan batu-batu permata. Injil, simbol, dan sintesis Sabda Allah, juga mempunyai makna liturgis karena dalam perayaan Ekaristi perikop Injil dibacakan dan kata-kata Yesus sendiri diucapkan pada saat konsekrasi.

Gambar itu, sebentuk sintesis luhur dari unsur-unsur natural dan simbolis, merupakan ajakan untuk berkontemplasi dan mengikuti Yesus melalui Gereja, mempelai-Nya dan tubuh mistik-Nya, yang sampai sekarang masih terus memberkati keluarga manusia dan memancarkan sinar ke dalamnya, melalui Injil-Nya yang merupakan buku autentik tentang kebenaran, kebahagiaan, dan keselamatan bagi manusia.

Pada bulan Agustus tahun 386, Agustinus mendengar suara yang berkata: ”Ambil dan bacalah, ambil dan bacalah” (Confessiones, 8, 12, 29). Kompendium dari Katekismus Gereja Katolik, sebagai sebuah sintesis Injil Yesus Kristus yang diajarkan oleh katekese Gereja, menjadi undangan untuk membuka buku tentang kebenaran dan membacanya, bahkan menelannya sebagaimana dilakukan c Nabi Yehezkiel (bdk. Yeh 3:14).

Theophanos of Creta (1546), The Icon of Christ, Stavronikita Monastery (Mount Athos)

 

Thursday 2 April 2015

Kecil dan bermanfaat

Kecil Dan Bermanfaat

Persiapan tugas Lektor paskah sedikit banyak membuat aku memikirkan persiapan, termasuk dalam hal penampilan, termasuk sepatu. Berhubung aku ta memiliki sepatu pantofel, untuk tugas lektor, kuputuskan pinjam pada kakakku.
Kulihat sepatu kakak tidak lagi bersih dan tidak baru namun memberikan pandangan yang lain bagi hidupku

Dapatkan kita seperti sepatu? Bermanfaat untuk orang lain. Tanpa mengeluh siapa pemakainya... Untuk apa dia dipakai... Kemana saja dia di pakai...

Sepatu paling jarang di perhatikan pemiliknya karena penggunaannya di bawah dan di injak di kaki seringkali di taruh sembarang tempat jika sudah lusuh.

Disadari atau tidak sepatu memberi manfaat dan kesehatan bagi pemiliknya...

Maukah kita belajar seperti sepatu/ sandal? Meski di pandang sebelah mata namun memberi manfaat. Meski tidak di perhatikan namun dapat memperindah kaki kita.

Mari bersama kita belajar untuk bermanfaat bagi orang - orang di sekeliling kita.
Belajar Rendah hati meski dipandang sebelah mata, Belajar sabar meskipun kadang tidak di perhatikan.

Belajar menjadi kecil dan tak terlihat namun memberi manfaat bagi sesama

*** Deus Caritas Est ***

Tuesday 10 March 2015

I Offer My Live


This is my desire to honor you
Lord with all my heart
I worship you
All I have within’ me
I give you praise
All that I adore Is in you

Lord I give you my heart
Give you my soul
I live for you alone
Every breath that I take
Every moment I’m awake
Lord have your way in me

Sbab Tuhan Baik

Masuk gerbang-Nya bersyukur
Dengan penuh pujian
Bersuka dihadirat-Nya
Nyanyi besarkan
Agung nama-Nya

Puji Dia tuiplah sangkakala
Musik dan tarian
Semua makhluk di bumi di Surga
Dengan s’gnap hati naikkan pujian Reff

Yesus Kristus Allah Tuhanku
Pencipta s’galanya
Datang sujud dihadapan-Nya
Angkat tanganmu naikkan pujian

Puji Dia tuiplah sangkakala
Musik dan tarian
Semua makhluk di Bumi di Surga
Dengan s’gnap hati naikkan pujian Reff


Reff:
S’bab Tuhan Baik (3x)
Anug’rahnya kekal selamanya

Nyanyian Kemenangan

Sekarang T’lah tiba
Kes’lamatan dan kuasa
Dan pem’rintahan Allah kita
Kuasa-Nya yang diurapinya
Kar’na t’lah lemparkannya
Para pendakwa kita

Oleh darah Anak Domba
Oleh kesaksian kita
Iblis dikalahkan kuasa-Nya dihancurkan
Oleh darah Anak Domba

Bersama-Mu

Engkau ada bersamaku
Di setiap musim hidupku
Tak pernah Kau biarkan ku sendiri
Kekuatan di jiwaku adalah bersama-Mu
Tak pernah kuragukan kasi-Mu

Bersama-Mu Bapa
Kulewati semua
Perkenanan-Mu yang teguhkan hatiku
Engkau yang bertindak
Memb’ri pertolongan
Anugrah-Mu besar melimpah bagiku

Darah-Mu

Tercurah darah-Mu di kalfari
Bukti cinta-Mu padaku
Kau berikan hidup-Mu hanya bagiku
Yesus Kau kucinta

Darah-Mu sucikanku
Darah-Mu sembuhkanku
Darah-Mu pulihkanku
Darah-Mu bebaskanku

Cinta Tuhan


Bait  1
Kisah hidupku bersama denganYesus
Sering ternoda oleh sesat hatiku
Namun cinta-Nya yang maha Kuasa
Tetap membimbing perjuanganku (Reff)

Bait 2
Perjuanganku jauh membentang
Berbagai liku masih harus ku tempuh
Tapi di dalam nama Yesus Tuhanku
Ku tak gentar menjalaninya (Reff)

Bait 3
Cinta Tuhan semerlang hari ini
Bagai mentari mengiasi semsta
Terpantul murni dalam cinta Yesusku
Terlukis indah dalam jiwaku (Reff)

Reff:
Puji dan syukur mengalun mempesona
Berpawai ria menghias tahta Tuhan
Dalam bahana imanku yang ikhlas
Puji Syukur sepanjang masa

Tenang


Lingkupiku dengan sayap-Mu
Naungiku dengan kuasa-Mu

Disaat badai bergelora
Ku akan tetap bersama-Mu
Bapa Kau Raja atas s’mesta
Ku tenang s’bab Kau Allahku

Genta Kasih Tuhan


Bait 1
Trimakasih dan syukur pada-Mu
Atas berkat dan kasih dari-Mu
Engkau undang kami ke Altar-Mu
Ekaristi bersama putera-Mu

Bait 2
Puji syukur atas s’gala rahmat
Karena Yesus pemberi semangat
Demi hidup dan jiwa selamat
Di dunia maupun di akhirat

Reff:
Dari perjamuan-Mu kutimba cinta
Akan kutebarkan kepada sesame
Bagi Gereja kan ku bunyikan genta
Genta Kasih Tuhan sang Pencipta

Coda:
Menyusuri lorong hati manusia

Hingga bergaung menembus Dunia.

Ku Bersyukur Pada-Mu


Ku bersyukur pada-Mu ya Tuhan
Berkat Ekaristi-Mu
Yang menjadi santapan jiwa
Dan memuaskan dahaga

Ku bersyukur pada-Mu Ya Tuhan
Berkat Ekaristi-Mu
Yang menjadi kekuatan iman
Wartakan Cinta Tuhan

Kasih-Mu Agung selalu
Menghantar aku pada-Mu
Memahami kehendak-Mu
Untuk Membawa damai-Mu

Kasih-Mu agung selalu
Cahaya lubuk hatiku
Dalam setiap langkahku

Melaksanakan firman-Mu

Salam Ya Ratu

Salam ya ratu
Bunda yang berbelas kasih
Hidup hiburan dan harapan kami
Kami semua memanjatkan permohonan
Kami amat susah, mengeluh mengesah
Dalam lembah duka ini
Ya Ibunda ya pelindung kami
Limpahkanlah kasih setiamu yang besar
Kepada kami
Dan Yesus puteramu yang tersuci ini
S’moga Kau limpahkan kepada kami
Ooo Ratu… Ooo Ibu.. Oooo Maria

Bunda kami

Maria Tiada Dua

Maria Bunda penuh kasih
Bunda (bunda) Allah (Allah
Yang tiada dipilih Tuhan
Maria Bunda penuh cinta
Bunga (bunga) Indah (indah)
Yang tiada duanya

Doakanlah kami
Anak-anakmu
Demi (demikasih)
Cinta (Bunda Maria)
Yang tiada duannya

Maria Bunda penuh cinta
Kasih (kasih) sayang (sayang)

Yang tiada duanya…

Kasih dan Karunia


Kasih dan karunia
Dari Bunda Maria
Yang tak henti
Bunda curahkan
Kepada kami

Kasih Bunda yang suci
S’lalu dihati kami
Terpujilah Engkau
Diantara wanita

Doakanlah kami s’lalu
Ya Santa Bunda Allah
Agar kami dapat menikmati

Limpahan rahmat surgawi

Mengasih Maria

Mengasih Maria kerinduanku
Berhamba padanya
Janjian teguh
Ku mau menambah
kemuliaanmu
Kini dan selalu niatku teguh

Maria pemurah
Dan ratu besar
Terima kiranya citaku benar
Engkaulah bundaku
Aku anakmu
Yang suka di pandang
Harta milikmu

Mengingat selalu kebajikanmu
Menirunya juga niat hatiku
Tak kita bercerai di medan perang

Sehingga bersama kita ‘kan menang

Betapa Indahnya

Saat jiwa dahaga dan lapar
Engkau puaskan kami
Dengan santapan rohani
Tubuh dan darah nan suci

Saat jiwa mongering dan hampa
Engkau segarkan kami
Dengan santapan surgawi
Tubuh dan darah nan suci

Betapa Indahnya
Perjamuan Kudus
Betapa indahnya
Saat kami menyambut-Mu
Betapa indahnya kehadiran-Mu
Yang bertahta kuatkan Iman kami

Ave Maria (Pance)

Engkau yang dipilih
Allah Bapa di Surga
Untuk menghadirkan
Putera-Nya yang kudus
Engkaulah Bunda Kristus
Bunda Sang Penebus
S’gala dosa manusia

Bunda Maria
P’rawan yang tiada bernoda
Hatimu bersinar putih
Tiada bercela
Engkau bunda Al-masih
Yang diangkat ke Surga
Penuh kemuliaan

Ave Maria… Ave Maria…
Terpujilah Bunda…
Terpuji nama-Mu
S’panjang s’gala masa
Ave Maria… Ave Maria…
Syukur kepadanya
Tuhan yang pengasih
S’lama-lamanya.

Sunday 8 March 2015

PLEASE HEAR WHAT I AM NOT SAYING

Jangan terkecoh olehku, jangan tertipu oleh topengku, karena Aku memang bertopeng. Ribuan topeng ku pakai : aku takut membukanya, tapi… tak satu topengpun sungguh aku. Aku pandai berpura-pura, aku lihai sekali, tapi janganlah terkecoh oleh karenanya, demi Allah jangan tertipu. Aku memberi kesan aku mantap, segalanya OK, seakan-akan tak ada masalah, di dalam maupun di luar aku. Aku memberi kesan bahwa aku yakin dan kuat… Tapi janganlah percaya aku, JANGAN…!!!

Penampilanku mungkin terlihat tenang. Tapi itu hanya topengku, topeng itu menyembunyikan segalanya. Dibalik topeng tersembunyi “aku” yang sebenarnya. Aku yang kacau, takut dan sepi.
Namun semua itu kusembunyikan, tak seorangpun boleh tahu. Aku panik akan kelihatan telanjang dan lemah, Aku panik karena tidak memiliki apa-apa lagi. Karena itu kupakai topeng untuk menutupi diri, agar terlindung dari tatapan mata yang menembus. Namun justru tatapan macam itu adalah penebusanku. Satu-satunya penebusanku… Yaitu jika pandangan itu disertai PENERIMAAN dan CINTA. Itu satu-saunya yang dapat meyakinkan aku, bahwa aku BERHARGA. Tapi itu tidak kukatakan kepadamu, aku tak berani, aku takut. Aku takut kalau-kalau tatapan matamu TIDAK DISERTAI CINTA dan PENERIMAAN. Padahal hanya pengertian saja yang dapat membebaskan aku.

Aku takut kau akan memandang rendah padaku, akan mentertawakan aku, ketawamu akan menungguku. Dalam lubuk hati kurasa diri sampah, hina, aku jelek, aku takut kau tahu ini akan menolak aku. Karena itu aku main sandiwara, aku berpura-pura, tapi dalam hatiku, aku bagai anak kecil yang gemetar. Hidupku bagai benteng dan pawai topeng. Aku ngobrol denganmu, basa-basi saja, tapi jeritan hatiku tidak ku ungkapkan. Maka bila aku bicara dengan-Mu, jangan tertipu oleh kata-kataku.

Sobat dengarkan baik-baik, Coba dengarkan APA YANG TIDAK KUKATAKAN, apa yang ingin kukatakan, apa yang perlu kukatakan, tapi tak berani kukatakan. Aku benci main sembunyi itu, sungguh aku benci. Aku benci omonganku yang dangkal, sandiwaraku, aku sungguh RINDU MENJADI DIRI YANG ASLI, tapi aku butuh bantuanmu. Tolong pegang tanganku, bahkan jika aku melawan…

Hanya engkau yang dapat menghidupkan aku. Tiap kali kau baik dan lembut terhadapku, Tiap kali Kau coba memahami aku karena cinta, hatiku seperti mendapat sayap. Sayap yang mungil, sayap yang lemah, namun sungguh sayap. Dengan kepekaan dan simpatimu dan kekuatan hatimu yang mau mengerti, aku berani memulai hidup. Kau dapat menghembuskan nafas kehidupan kedalam diriku, tahukan kau itu? Tahukan engkau betapa pentignya engkau bagiku, tahukan engkau bahwa engkau dapat menjadi pencipta AKU SEJATI, jika engkau mau?!!!

Hanya engkau yang dapat merobohkan dinding tebalku, dimana aku gemetar ketakutan. Hanya engkau dapat melepaskan topengku, hanya engkau dapat membebaskan aku dari dunia kegelapan dan kepanikanku, dari kebimbanganku, dan penjaraku yang sepi.

Maka jangan melewati aku, janganlah menyingkirkan aku. Itu pasti tidak mudah bagimu. Karena… semakin engkau mendekati aku, semakin aku melawan, membela diri. Kata orang cinta itu lebih kuat dari tembok, yang terkuat, disitulah terletak satu-satunya pengharapanku.

Coba bongkarlah tembok itu dengan tangan tegas, tangan tegas yang lemah-lembut, karena seorang anak amat peka, dan aku adalah seorang anak.

Siapakah aku ini? Aku adalah SETIAP PRIA, SETIAP WANITA, SETIAP ANAK,… SETIAP MANUSIA

Saturday 28 February 2015

Pertumbuhan

Selesai latihan Lektor aku bergabung dengan tim Lektor misdinar, ternyata kami selesai bersamaan. Sejenak kami ambil waktu untuk sharing sambil melihat tukang - tukang pasang tenda. Lewat beberapa menit Romo kami datang dari misa lingkungan, bergabung dengan kami sambil mengamati tukang-tukang tersebut. Tiba-tiba Romo berkata; "Ati-ati nek masang tenda, ojo sampé kena tandhuran, angél lek nandhur". Sambil bergurau suster kami berkata; "Iya, lho betapa berharganya sebuah pertumbuhan". Selama perjalanan pulang aku terus memikirkan kata-kata suster, aku sangat tertarik dengan kalimat "Betapa berharganya sebuah pertumbuhan". Kata-kata "PERTUMBUHAN" terus bergema di telingaku. Sebuah pertumbuhan tentu didukung oleh suatu hal. Kita dari bayi tumbuh menjadi besar karena di rawat oleh orang tua, di beri makan dan minum; dari ASI hingga nasi. Bertumbuh dalam hal pengetahuanpun karena kita di sekolahkan dan belajar. Seperti tanaman, yang perlu di pupuk, di siram, ditambah tanah atau mungkin bila perlu kita pangkas karena ranting yang tidak berkembang dan daun-daun yang menguning, demikian pula hendaknya kita bertumbuh dalam hal Iman akan Allah. Setiap hari memupuk kehidupan Rohani dengan membangun relasi dengan Tuhan. Jika tumbuhan memerlukan makanan untuk bertumbuh, maka dalam kehidupan Rohani kita memerlukan DOA dan Firman. Apabila tanaman membutuhkan air sebagai minumannya, maka kita membutuhkan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai minuman Rohani kita (berbagi kasih pada orang yang memerlukan), atau tindakan tindakan positif yang dapat membangun pertumbuhan Iman kita akan Allah. Teruslah bertumbuh dalam Iman aka Allah dengan membangun relasi bersama-Nya melalui DOA, Firman, berbagi kasih dan kebaikan bagi setiap orang yang membutuhkan ***** Deus Caritas Est *****

Saturday 7 February 2015

Hidup penuh perjuangan

Sepanjang hari ini aku berpergian mengantar kakaku kemanapun ke beberapa tempat yang kami perlukan. Singkatnya aktifitas kami banyak di lapangan. Setelah semua urusan kami selesai, dalam perjalanan pulang kami melalui jalan yang padat merayap. Terkadang harus berjalan di antara Mobil yang sempit, terkadang pula berada di tepi jalan yang berbatuan, atau di tepian aspal yang bisa saja membuat kami terjatuh. Melihat caraku mengemudikan motor dan mencari jalan pintas, kakakku mengungkapkan "mbok ya jalan yang lurus-lurus aja, gak usah belok-belok" Suatu ungkapan yang terlontar dari mulutku; "hidup itu penuh perjuangan, Ci. Demikian juga saat ini kita berjuang menemukan jalan untuk kembali ke rumah." Aku mencoba merenungkan kata-kata "kembali ke rumah". Banyak sekali makna di balik kata ini, jika berhubungan dalam kehidupan rohani, "kembali ke Rumah" berarti kembali pada Kebenaran. Jika di ungkapkan dalam bahasa jawa "yo wis mestine mulih omah sa' wis-é lunga" (artinya: sudah semestinya kita pulang, setelah berpergian). Aku sangat tertarik memandang hal ini dari kehidupan rohani. Hidup yang kita jalani saat ini adalah sebuah perziarahan, sebuah perjalanan untuk kita "kembali ke Rumah/kembali pada Kebenaran." Kembali ke Rumah membutuhkan suatu perjuangan dalam kehidupan kita, terkadang kita menghadapi badai; melewati jalan yang berliku, dan berbatu; ada di tanah yang becek. Pada saat kita melewati semua itu Tuhan melihat apakah kita tetap setia atau tidak, sebab tidak selamanya untuk kembali ke Rumah kita menemukan jalan yang mulus, dan lurus yang membuat kita merasa nyaman. Tuhan tidak pernah menjanjikan perjalanan yang nyaman saat kita mengarungi sebuah kehidupan, akan tetapi Dia memberikan "Keselamatan" Akankah kita tetap setia saat berada dalam lintasan hidup yang membuat kita goyah? Akankah kita tetap berjuang melawan badai kehidupan dan berjalan bersama-Nya?

Saturday 10 January 2015

Bentuk dan Murnikan Aku

Hidupku bagaikan bejana yang kosong
Penuh kerapuhan, keretakan dan kelemahan
Dengan kasih-Mu, Kau pulihkan aku
Dengan tangan-Mu Kau sempurnakan aku
Hingga Engkau melihat aku berharga di mata-Mu

Akankah hati berkata “tidak”
Saat Engkau mengetuk pintu hatiku
Memanggilku dengan lembut
“Mari anak-Ku, ikutlah aku!”

Dalam kelemahanku Engkau melayakkan aku
Memenuhi panggilan-Mu yang kudus
Kini aku datang memberi diri Seutuhnya
Menjadi bejana yang siap kau bentuk

Kau murnikan aku seperti St, Dominikus
Kau ajari ku rendah hati seperti Maria
Hingga aku mampu berkata
“Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”

Perahu Keselamatan

Aku duduk menikmati senja dalam perahu keselamatanku yang sedang berlabuh. Ku lihat Yesus di ruang kemudi, Ia menatapku dan berkata, "Lepaskanlah tambatan perahumu dan biarkan Aku membawa engkau ke seberang. Bukan rencana-Ku engkau tertambat di sini." 
Dengan takut, gelisah, dan kuatir aku menjawabnya, "Tuhan, bukankah lebih baik aku tetap di sini supaya tidak melihat taufan, badai dan angin ribut dan aku dapat kembali ke darat kapanpun aku mau?"
Dengan lembut Yesus memegang tanganku dan menatap mataku dan berkata; " Memang di sini engkau tidak akan mengalami taufan, badai dan angin ribut, tetapi engkau juga tidak akan pernah melihat Aku mengatasi semua itu, engkau tidak akan pernah melihat Aku berkuasa atas semuanya itu, karena Akulah Tuhan".
Dalam pergumulan berat, aku memandangi tali yang mengikat perahuku. Di tali itu kulihat ada rasa kuatir akan pekerjaan, masa depan, keuangan, pasangan hidup, dan masih banyak lagi. Dalam hati aku berkata "Tahukah Ia Apa yang aku inginkan? Mengertikah Dia dengan Apa yang aku rindukan dan dambakan? "

Ia memelukku dan menangis bersamaku, dengan berat aku melepaskan tali perahuku. Kulepaskan semua rasa kuatir di hatiku, ku taruh hak atas masa depanku di tangan-Nya. Aku tidak tahu bagaimana masa depanku, sambil menangis aku menatap-Nya dan berkata; " Jadilah nahkoda dalam perahuku dan marilah kita berlayar."

Ilustrasi yang sangat indah, mengajak kita untuk menyadari Dia mampu melakukan segala sesuatu di luar batas kemampuan kita. segala macam kekuatiran, ketakutan dan kelemahan kita adalah kerikil di hadapan-Nya. Pergumulan kita tidak sebanding dengan "Keselamatan" yang Dia berikan bagi kita. Kita patut bersyukur memiliki Allah yang sangat mengasihi kita.

satu hal yang paling indah adalah Dia tidak pernah menjajikan "Pelayaran" yang nyaman, tetapi Ia menjanjikan "PELABUHAN" yang indah.


***Deus Caritas Est***

Friday 9 January 2015

Pesan di balik Abu

Aku teringat sebuah peristiwa yang tak mungkin terlupakan. Satu tahun yang lalu. Terlihat dari luar, bangunan itu seperti bangunan yang sudah lama tidak dihuni. Seolah-olah tidak ada tanda kehidupan di dalamnya. Pintu bangunan itu sedikit terbuka, tampak lantai yang berdebu, seakan memberi jawaban bangunan itu tidak terawat.

Pagi itu tanggal 14 Februari 2014, pk 04.00 dini hari. Gelap begitu mencekam, terasa udara yang panas, tak ada angin berhembus. Mentari pagi masih tertutup gelapnya balutan malam. Keanehan terjadi saat kicau burung fajar tidak terdengar. Kemana perginya? Apa yang terjadi pagi itu seolah-olah memberi jawaban “Tak ada lagi tanda kehidupan”

Waktu menunjukkan pk 05.15 terlihat jelas keadaan masih sama; gelap, panas, tak ada hembusan angin, tak ada sinar matahari yang iasanya telah mengintip di balik tirai awan, apa yang terjadi pagi itu sangat mengherankan. “Kemana perginya Sang Surya?” Seolah-olah mentari hilang ditelan Bumi, yang ada hanyalah awan gelap, tidak ada sapan alam yang memberikan tanda kehidupan. Sangat kontras dengan yang terjadi satu hari sebelumnya, di jam yang sama, tanda-tanda kehidupan mulai tampak dan memberi semangat baru.

Pagi itu hadirlah ciptaan Allah yang tak pernah terlihat, sebuah karya yang dahsyat menghujani seluruh kota Jogja. Dialah “Abu Vulkanik” dari letusan Gunung Kelud. Derasnya hujan abu telah memadamkan sinar Sang Surya.

Waktu menunjukkan pk 06.30 sinar terang mulai sedikit terlihat, akan tetapi mentari Sang sumber terang, sinarnya masih tertutup awan tebal. Dibawah sinar mentari pagi yang temaram, mulai terlihat debu abu yang rata menyebar dari atap rumah hingga jalan dan taman hias di seantero biara.

Aku berdiri pada salah satu pilar, di depan kapel Biara (Tempat pertama kalinya Tuhan menyapaku). Kupandangi Kapel itu dengan pintu yang tertutup rapat, dan pelatarannya yang perlahan-lahan mulai tertutup “hujan abu”. Tempat itu terlihat kumuh, dan hampir tidak tersentuh tangan manusia.

“Kemana perginya kemegahan kapel itu?”
“Kemana perginya keindahan taman biara?”
Hari itu, aku seakan berada di “kota mati” tanpa penduduk lain. Awan duka menyelimuti biara dan seluruh Kota Jogja, menandakan adanya suasana duka di kota lain. Yaaaah … Jawa Timur… Gunung Kelud mletus dengan tinggi letusan +/- 17 Km.

Kejadian ini mengajakku merubah cara pandang “Bencana Membawa Berkat”. Tidak mudah merubah pola pikir positif dibalik hadirnya “Hujan Abu” mungkin sebagian orang akan menganggap itu benar-benar bencana; sebagian lagi itu adalah “suatu hal yang wajar terjadi karena memang sudah waktunya”; atau masih ada sekian persen orang berfikiran “inilah berkat Tuhan”

Jika sebagian orang berfikiran hujan abu adalah “bencana” maka yang ada dalam benak mereka adalah berbagai pikiran negative dan “Kamus-kamus” keluhan akan keluar dari hatinya; karena selama hidupnya di isi dengan “Keluhan”.

Jika sebagian dari orang berfikiran “Memang sudah waktunya” maka yang ada dalam diri mereka adalah ungkapan syukur dan kegembiraan, meskipun abu masih bertebaran

Jika masih ada sebagian kita yang berfikiran “berkat Tuhan” maka kita mencoba mengambil pelajaran di balik hujan abu yang turun bertepatan dengan hari kasih sayang. Dimana hari kasih sayang begitu meraja di tanggal 14 februari yang lalu.
Dengan hadirnya “hujan abu” alam mengajak kita untuk berbagi kasih sayang bagi seluruh korban bencana Alam yang sangat membutuhkan uluran tangan dan hati kita. Alam juga mengajak kita untuk memberikan cinta kepada celuruh ciptaan-Nya, yang terdekat di lingkungan kita. Selain itu Hujan abu menjadi berkat bagi tanaman di taman biara, tanah menjadi subur.


Karena dengan mencintai alam sekitar kita itulah bukti bahwa kita mensyukuri segala sesuatu yang Allah berikan pada kita.