Wednesday 31 December 2014

Tanda Salib

Apa yang membuat "Tanda salib" menjadi istimewa?

Tanda Salib merupakan suatu rangkaian doa, walaupun singkat tetapi sangat padat dan dalam maknanya. berikut ini penjelasan masing-masing tanda salib.

DEMI NAMA BAPA (di Dahi)
Hal ini menandakan bahwa Allah Bapa merencanakan, menciptakan dan menyelenggarakan segala sesuatunya.Otak kita adalah pusat dari segalanya. Otak kita merupakan tempat untuk berfikir, tempat kita merencanakan. Bapa merencanakan putera-Nya untuk datang ke Dunia sebagai penyelamat yang menyelamatkan manusia. Dan Bapa-lah yang menyelenggarakan segala karya dan hidup Yesus.

DAN PUTERA
Pada tanda inilah sering terjadi kesalahan, karena banyak yang melakukan di dada (horisontal dengan Roh Kudus). Yang benar adalah "di Pusar", karena tali pusar adalah tali kehidupan, tali yang menyambung antara Ibu dan anak, di sinilah janin mendapat makanan dan mendapat curahan kehidupan. Yesus lahir sebagai manusia untuk menyelamatkan manusia dan karya-Nya dimulai sejak kita masih berupa janin. Hingga kita semua mengetahui bahwa Yesus kemudian meninggalkan dunia untuk kembali kepada Bapa-Nya.

DAN ROH KUDUS (Horisontal di dada)
Bukti cinta Bapa pada kita, Ia terus berusaha menyelenggarakan hidup kita sebaik-baiknya, maka Bapa mengirimkan Roh Kudus agar tetap mendampingi, melindungi, dan menjaga kita, sehingga kita senantiasa merasakan kehadiran Allah Tri Tunggal dalam kehidupan kita.

Perlu kita sadari bahwa dengan Tanda Salib, tubuh kita telah dimeteraikan dan disucikan oleh Allah.Dalam segala aktivitas kita; tidur, belajar,tertawa, bekerja, suka-duka, menangis, dll. Bila kita senantiasa membuat Tanda Salib berarti kita menghadirkan Allah dalam hidup kita, percaya bahwa Allah Tri Tunggal senantiasa menjaga, melindungi kita dalam segala hal.

Tanda Salib juga merupakan tanda persatuan kita dengan umat katolik lainnya; misalnya bila kita melihat ada seseorang yang membuat Tanda Salib di sebuah rumah makan, dengan spontan kita akan menebak "oh orang itu katolik".

Setelah kita mengetahui ke-istimewaan Tanda Salib, hendaknya kita bangga dengan tanda kemenangan yang Ia berikan bagi kita.



Kutipan dari Pastor John Lefthew, MSC 


***Deus Caritas Est***

Sikap memurnikan diri

Injil: Mat 19:13-15
“Biarkanlah anak-anak itu janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku. Sebab orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan Surga.”

Kehadiran Yesus ditengah-tengah manusia tidak selalu eksklusif untuk kelompok atau pribadi tertentu. Dia lahir untuk setiap pribadi tanpa terkecuali, termasuk anak-anak. Karena itulah Yesus tidak menghendaki para murid-Nya menghalangi keinginan anak-anak  untuk mendakat pada-Nya

Jika kita melihat tingkah laku anak-anak pada umumnya lucu dan menggemaskan. Mereka sangat jujur dalam segala sesuatu, termasuk semua yang mereka rasakan atau mereka lihat. Karena kejujurannya, anak-anak seringkali mudah terbuka, berdamai dengan kawan sebaya mereka meskipun mereka habis bertengkar.

Hal paling lucu yang sering kita lihat  pada anak-anak, mereka mampu menunjukkan sikap belarasa satu dengan yang lain; misalnya si A membawa coklat kemudian diberikan pada si B untuk di makan bersama atau Si A ikut menangis saat Si B menangis meskipun Si A tidak tahu apa yang ditangisi oleh Si B, sikap persahabatan itulah yang membuat anak-anak tidak memiliki prasangka buruk terhadap siapapun.

Dewasa ini seringkali kita diperhadapkan pada situasi yang membuat kita berfikir untuk melakukan sesuatu yang menjadi kehendak-Nya; berbelarasa terhadap orang yang lemah, mencurigai orang-orang yang membutuhkan bantuan kita, atau mudah melakukan hal-hal yang negative untuk memperoleh sesuatu yang kita inginkan. Hal ini sangat berlawanan dengan sikap anak-anak seperti yang Tuhan kehendaki

Sikap seperti anak-anak itulah yang Tuhan inginkan dari kita; jujur, bersahabat, saling terbuka, belarasa, mengasihi, tidak mencurigai satu dengan yang lain. Sikap seperti anak-anak itulah yang membuat kita semakin murni kita dihadapan Tuhan. Oleh karena itu Tuhan menerima setiap pribadi yang datang pada-Nya tanpa terkecuali termasuk anak-anak.




***Deus Caritas Est***

Wednesday 24 December 2014

Mengenal Tuhan = Mengenal Sesama



"Melihat tidak hanya yang terlihat oleh mata tetapi juga melihat yang tersirat" itulah kalimat yang pernah di ungkapkan oleh Sr M.Elisabeth, OP bagi kami calon postulan. kalimat itu terlintas terus dalam hatiku sejak tadi pagi.

Memang beberapa waktu ini aku sulit sekali mencari kehendak Tuhan dalam hidupku karena pekerjaan, sehingga membuat aku sulit berdoa membangun relasi dengan-Nya.

Sore ini aku ke Gereja untuk mengikuti ekaristi. Beberapa menit setelah aku duduk, sahabatku seorang Sister mendekatiku. kutanyakan sepintas "tahu dari mana aku duduk disini?". Sister menjawab sambil tersenyum.

Aku tersadar saat aku mencoba melihat dan merenungkan kembali peristiwa sederhana "Sr mengenali aku dari belakang". Hal ini memberikan aku pada suatu makna bahwa "Seorang sahabat pasti akan mengenali sahabatnya dari berbagai sisi, situasi dan kondisi."

Menjadi sebuah cerminan bagiku proses pengenalan terhadap Tuhan menentukan seberapa besar aku mengenal sesama. peristiwa ini membuat aku sadar untuk kembali membangun relasi intim dengan-Nya hingga aku dapat kembali melihat yang tersirat dalam hidupku.

***Deus Caritas Est***

Zona Nyaman


Aku berdiri dan melihat sekelilingku sangat gelap. Tak kulihat cahaya sedikitpun. Aku berjalan dan terus berjalan mencari setitik cahaya. Sepanjang  jalan kutelusuri tapi semakin gelap, hingga aku merasa lelah.

Aku terdiam, aku berfikir “istirahat” dulu. Akan tetapi ada sesuatu yang menarikku untuk tetap melangkah dalam kegelapan itu. Aku kembali melangkah mengurungkan niatku untuk “istirahat” sejenak.
Sesuatu itu membisikkan padaku “pandanglah lurus ke depan, kau akan menemukan cahaya itu, kamu akan menemukan-Ku”. Dalam gelap aku melangkah seorang diri. ingin aku berteriak “AKU LELAH” akan tetapi sesuatu itu terus berbisik lembut padaku “teruslah melangkah, perjuanganmu hampir selesai”. Aku melangkah menyusuri jalan itu.

Kulihat setitik cahaya yang terlihat begitu terang di tengah gelapnnya sekelilingku… “yaaah… aku menemukan cahaya itu, aku menemukan Dia! Dia adalah Terang itu.


Begitu mudahnya manusia mengeluarkan keluhan, tanpa mencoba terlebih dulu. Manusia cenderung mudah putus asa. Begitu mudahnya manusia terjebak dalam “kenyamanan” yang selalu membelenggunya. Saat manusiawi kita “mudah mengeluh, mudah putus asa, terus berada pada zona nyaman” saat itulah kita sedang berpusat dalam diri kita tanpa bisa mempedulikan orang lain.

Zona nyaman cenderung membuat kita tidak berkembang. Belajar keluar dari Zona nyaman membuat kita semakin berkembang dan mengenal Dia dalam setiap peristiwa hidup kita


***Deus Caritas Est***

Bersama-Mu



Engkau ada bersamaku 
Di setiap musim hidupku
Tak pernah Kau biarkan ku sendiri
Kekuatan di jiwaku adalah bersama-Mu
Tak pernah kuragukan kasi-Mu
Bersama-Mu Bapa kulewati semua
Perkenanan-Mu yang teguhkan hatiku
Engkau yang bertindak memb’ri pertolongan
Anugrah-Mu besar melimpah bagiku

Sebuah lagu yang indah jika di dengarkan dengan sikap batin yang hening bersama-Nya. Setiap kata di setiap baris mengandung makna yang dalam…
Seringkali aku tidak menyadari bahwa Ia bersamaku, aku seolah berjalan tanpa arah, tanpa sebuah pegangan yang kuat. Di balik semua itu ada sebuah janji yang telah Ia berikan dalam hidupku “Aku selalu menyertai-Mu dalam keadaan apapun.  jangan ragukan Aku, anak-Ku”
Suatu keadaan yang membuatku tidak nyaman, dan harus kuhadapi untuk aku belajar. 

Beberapa hari ini aku mengalami kejenuhan dalam hidupku, aku merasa kekeringan rohani, menjadi pribadi yang amat sensitif, termasuk dalam pekerjaanku, ingin rasanya aku mengindari semua yang ada di hadapanku. Aku ingin menyepi “undoing”. Namun semua itu tak dapat kulakukan. Hingga aku berada di puncak titik kejenuhan. Ku hanya berkata “Tuhan apa yang harus aku lalukan?”
Sebuah kalimat dan nada yang sederhana “Bersama-Mu Bapa kulewati semua perkenanan-Mu yang teguhkan hatiku” menggema di telingaku pagi ini.

Betapa Indahnya setiap kata, dalam lirik lagu tersebut. Membuat aku kembali menyadari semua yang aku hadapi dan aku lalui itu tidak pernah lepas dari tangan kasih-Nya. Kekuatan, kepandaian, kreatifitas, materi, atau apapun yang ada padaku tak memiliki pengaruh apapun tanpa Dia yang melayakanku. Kasih-Nya yang meneguhkan dan melayakkan aku, untuk kembali menyadari tanpa Dia aku hanyalah debu yang mudah terbawa angin, tanpa arah dan tujuan. Betapa aku merindukan keintiman bersama-Nya.
Lewat lagu ini Dia mengajariku, agar aku sepenuhnya “PERCAYA dalam Dia ada KEKUATAN”


***  Deus Caritas Est ***

Makna Natal




Natal secara harfiah berarti hari kelahiran. Jadi secara makna kata, mengucapkan selamat hari natal merupakan ungkapan yang berlebihan karena dalam kata natal sudah terkandung arti hari. Tetapi untuk negara kita, natal rupanya sudah identik dengan hari kelahiran Kristus.

Dalam bahasa Inggris, natal disebut dengan christmas. Christmas berasal dari kata Christ (Kristus) dan Mass (massa atau kerumunan orang) karena pada christmas, banyak orang berkumpul mengingat/ merayakan hari kelahiran Kristus.
Kelahiran Kristus di dunia mempunyai suatu titik awal yang paling penting dalam misi Kristus. Dilahirkan bukan dari pencampuran laki-laki dan perempuan, melainkan secara campur tangan Allah yakni diperanakan oleh kuasa Roh Allah (Mat 1:18,20).
Maria, seorang gadis saleh, mendapat kehormatan sebagai perantara kedatangan Sang Mesias (Luk 1:26-33). Adapun Kristus datang untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Allah yang semakin buruk oleh karena kesesatan manusia.
Sebenarnya natal merupakan suatu pemberian Allah yang paling besar bagi umat manusia. Natal merupakan wujud Kasih Allah pada manusia (Yoh 3:16). Natal merupakan motivasi Allah untuk membantu umat manusia.
Semenjak kejatuhan Adam & Hawa yang dipikat Iblis dalam nafsu keinginan, Allah selalu peduli pada makhluk ciptaan yang dikasihi-Nya. Karena dari semua ciptaan Allah, hanya manusia-lah yang dijadikan menurut rupa Allah.
Dan hanya manusia, makhluk hidup yang dilengkapi dengan napas Allah atau Roh Allah. Tidak ada makhluk lain yang begitu sempurna seperti manusia yang di beri kuasa atas dunia ini. Segala makhluk di bumi diberi nama oleh manusia. Dan manusia diminta untuk memenuhi Bumi ini dengan keturunannya (Kej 1:26,27).
Kejatuhan manusia dalam pencobaan Iblis merusak segalanya. Apakah Allah senang akan semua ini? Tidak, Allah berduka dan menyesali kerusakan ini. Untuk itu Allah mengirim nabi-nabi untuk berbicara pada manusia (Ibr 1:1-4). Karena Allah tidak dapat berbicara langsungpada manusia. Sebab Allah terlalu kudus bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa sehingga manusia tidak akan dapat berhubunganlangsung dengan Allah.

Nabi demi nabi diutus Allah untuk berbicara pada manusia agar manusia dapat berbaikan dengan Allah. Tetapi semua gagal.  Akhirnya Allah mengutus anak-Nya. Perkataan anak sering disalah tafsirkan oleh banyak orang. Disangkanya Allah mempunyai isteri dan beranak cucu. Padahal perkataan anak merupakan suatu istilah.
Allah yang menciptakan dunia merupakan yang awal dan disebut Bapa. Sedangkan Kristus adalah Allah yang menjelma. Dari Logos (perkataan Allah) yang juga Allah, berubah menjadi manusia dan dilahirkan melalui manusia. Sehingga terciptalah istilah anak (Yoh 1:1-14).
Kedatangan Kristus ke dunia bukan tiada hambatan. Iblis tahu kedatangan-Nya merupakan suatu awal dari kekalahannya. Itulah sebabnyamelalui Herodes, Iblis berusaha membunuh Kristus. Maka keluarlah perintah dari Herodes untuk membunuh semua bayi di Betlehem yang berusia kurang dari dua tahun (Mat 2:16-18).
Tetapi Allah tidak dapat dikalahkan Iblis. Sebelum Iblis bertindak, Allah telah memperingati Yusuf untuk pergi mengungsi ke Mesir. Di sanalah mereka tinggal hingga Herodes mati (Mat 2:13-15).

Kesimpulan :
Natal merupakan awal dari misi Kristus
Natal merupakan motivasi Allah untuk memperbaiki hubungannya dengan manusia
Natal merupakan awal dari kekalahan Iblis
Natal merupakan hadiah yang terbesar, termahal, dan termulia bagi umat manusia.



*** Deus Caritas Est***

Siapa yang aku layani



Apa yang dapat Ku banggakan Dia turut bekerja dalam segala perkara.
beberapa hari yang lalu aku di perhadapkan pada sebuah situasi yang membuat aku kembali melihat diriku seutuhnya untuk menjadi lebih dewasa.
Tiga hari menjelang rekoleksi bersama dengan Tim PDKK, semakin kurasakan perbedaan mendapat dengan temanku.
Kami sama-sama memiliki pemikiran yang sulit di cari jalan tengahnya. Dalam keadaan seperti itu, aku sangat berharap jika pendapatkulah yang di terima. Tidak hanya cukup sampai di situ, banyak Hal yang terjadi hingga membuat aku merasa bahwa aku berjalan seorang diri.

Hingga pada sebuah titik dimana Tuhan menyadarkan aku melalui pendamping Rohaniku. "Belajarlah dari Yusuf yang dengan rendah hati mengikuti kehendak Tuhan meski harus mengalahkan egonya"

Meski dalam kesendirianku di satu ruangan. Betapa malunya aku saat itu. Aku seperti buah mangga yang di kupas dan di potong dagingnya hingga kelihatan isinya. Aku malu dengan yg telah ku lakukan. Tanpa aku sadari, EGO telah menguasaiku, aku takut untuk melakukan kesalahan, tapi aku hampir saja mengorbankan setiap pribadi yang Dia kasihi...
Egoku yang terlalu tinggi membuat aku jadi kurang rendah hati, sehingga aku tak lagi mampu melihat rencana dan kehendak Tuhan.

Aku bersyukur Tuhan memberiku sebuah pelajaran yang berharga "melayani dengan hati". Dari situlah aku kembali melihat siapa yang Ku layani; Tuhan, sesama, atau EGO
Tema Rekoleksi "Anugerah pelayanan" yang seharusnya dapat di renungkan bersama-sama,tapi Dia hadir dengan penuh kasih mengijinkan aku untuk belajar lebih dulu, dengan merasakan kehadiran-Nya lewat sebuah peristiwa. IA membuat aku untuk kembali menyadari "Dia-lah yang aku layani" LEPAS BEBAS melayani Dia dengan RENDAH HATI.




***Deus Caritas Est***