Saturday, 7 February 2015

Hidup penuh perjuangan

Sepanjang hari ini aku berpergian mengantar kakaku kemanapun ke beberapa tempat yang kami perlukan. Singkatnya aktifitas kami banyak di lapangan. Setelah semua urusan kami selesai, dalam perjalanan pulang kami melalui jalan yang padat merayap. Terkadang harus berjalan di antara Mobil yang sempit, terkadang pula berada di tepi jalan yang berbatuan, atau di tepian aspal yang bisa saja membuat kami terjatuh. Melihat caraku mengemudikan motor dan mencari jalan pintas, kakakku mengungkapkan "mbok ya jalan yang lurus-lurus aja, gak usah belok-belok" Suatu ungkapan yang terlontar dari mulutku; "hidup itu penuh perjuangan, Ci. Demikian juga saat ini kita berjuang menemukan jalan untuk kembali ke rumah." Aku mencoba merenungkan kata-kata "kembali ke rumah". Banyak sekali makna di balik kata ini, jika berhubungan dalam kehidupan rohani, "kembali ke Rumah" berarti kembali pada Kebenaran. Jika di ungkapkan dalam bahasa jawa "yo wis mestine mulih omah sa' wis-é lunga" (artinya: sudah semestinya kita pulang, setelah berpergian). Aku sangat tertarik memandang hal ini dari kehidupan rohani. Hidup yang kita jalani saat ini adalah sebuah perziarahan, sebuah perjalanan untuk kita "kembali ke Rumah/kembali pada Kebenaran." Kembali ke Rumah membutuhkan suatu perjuangan dalam kehidupan kita, terkadang kita menghadapi badai; melewati jalan yang berliku, dan berbatu; ada di tanah yang becek. Pada saat kita melewati semua itu Tuhan melihat apakah kita tetap setia atau tidak, sebab tidak selamanya untuk kembali ke Rumah kita menemukan jalan yang mulus, dan lurus yang membuat kita merasa nyaman. Tuhan tidak pernah menjanjikan perjalanan yang nyaman saat kita mengarungi sebuah kehidupan, akan tetapi Dia memberikan "Keselamatan" Akankah kita tetap setia saat berada dalam lintasan hidup yang membuat kita goyah? Akankah kita tetap berjuang melawan badai kehidupan dan berjalan bersama-Nya?

No comments:

Post a Comment